Indonesia siap menyambut kedatangan jagat film superhero baru di pertengahan tahun 2022 melalui film Satria Dewa Gatotkaca yang merupakan proyek pertama dari Satria Dewa Semesta. Film yang mengambil cerita dari cerita wayang ini menarik perhatian Hanung Bramanty sebagai sutradara, dan penayangannya di beberapa bioskop Indonesia dijadwalkan pada 9 Juni.
Sinopsis Satria Dewa Gatotkaca menceritakan tentang Yuda (Rizky Nazar), seorang pemuda yang baru saja kehilangan pekerjaannya. Kemudian Yuda justru menemukan fakta bahwa dirinya adalah bagian dari gen Pandawa dan juga merupakan penjelmaan dari Ghatotkacha. Namun keadaan ini justru membuat Yuda menjadi incaran para Korawa yang mengikuti Medali Brajamusti untuk mengangkat Aswatama.
Review film Satria Dewa Gatotkaca
Gatotkaca adalah film pertama dari alam semesta Satria Embun. Kedepannya akan banyak film-film karya Semesta Satria Dewa yang akan banyak fokus pada tokoh-tokoh pewayangan lainnya.
Gatotkaca sebagai film pengantar cukup sukses menyuguhkan alam semesta secara detail. Film ini benar-benar mengupas latar belakang Yudino sebagai tokoh utama dan betapa pentingnya perannya dalam Semesta Satria Dewa. Selain Yudas, penyajian sejumlah karakter lain dijabarkan secara detail dan terkesan tidak tergesa-gesa, padahal masih banyak karakter yang perlu kita ketahui.
Gatotkaca pun berhasil membawakan sindiran yang cukup memukau penonton dalam kelanjutan festival Satria Dewa tersebut. Maklum, kedepannya Semria Satria Dewa banyak tokoh penting yang muncul di film pertama. Bahkan, Gatotkaca cukup berhasil menggugah animo masyarakat untuk menyaksikan kisah Semestra Satria Embun ke depan.
Perkenalkan cerita wayang kepada generasi muda
Sejak awal diumumkan, Gatotkaca sudah berusaha menyajikan cerita wayang kepada generasi muda. Ini berhasil karena unsur epik Mahabharata di film pertama kuat.
Namun bagi yang belum mengetahui dunia wayang mungkin akan sedikit bingung dengan ceritanya. Karena ada banyak istilah dalam dunia wayang yang sangat istimewa dan tidak mudah diingat. Saran KINCIR, saat menonton film harus benar-benar konsentrasi untuk memahami segala aspek yang berhubungan dengan dunia wayang.
Selain itu, istilah wayang inilah yang sebenarnya ingin dihadirkan oleh penonton di film pertama ini, Pandawa dan Kurawa. Pemirsa setidaknya akan mengerti siapa dan apa yang terus-menerus digambarkan oleh Pandu dan Korawa dalam film. Karena kedua istilah ini adalah fondasi pertama dari alam semesta Satria Dew.
Adegan aksi yang sangat serius
Film bertema superhero tidak akan pernah berhasil tanpa adegan aksi. Untungnya, Gatotkac mampu melakukannya dengan serius. Dari awal hingga akhir film, Anda bisa menyaksikan adegan aksi tanpa henti dan, terlebih lagi, seru dengan koreografi yang indah. Gatotkaca kemudian dapat mengangkat batas-batas kekerasan yang harus ada di setiap adegan, dengan peringkat usia untuk semua kategori usianya. Adegan pertarungan dalam film ini tidak berdarah-darah atau brutal, namun tetap bisa memuaskan penonton dewasa dengan kecepatan dan koreografinya.
Efek CGI dari banyak adegan perang juga menarik, meski tidak realistis seperti kebanyakan film Hollywood. Untungnya, film ini lebih menyukai pertarungan tangan kosong, jadi momen CGI-nya tidak terlalu banyak.
Yang paling mengganggu saya saat melihat Gatotkac adalah banyaknya product placement, seperti iklan produk di film. Gatotkaca memang film dengan sponsor dari banyak produk. Maka tak heran jika kita menemukan momen promosi dari banyak sponsor dengan durasi film sekitar 2 jam 9 menit.
Promosi beberapa produk ini kurang jelas. Namun, kehadirannya lebih jelas dan lebih menarik, memungkinkan pemirsa untuk fokus pada produk tertentu daripada apa yang terjadi di atas panggung. Beberapa penonton mengira itu adalah kelegaan komik dari film tersebut, tetapi keberadaan produk bersponsor masih sedikit rumit.